Setelah kita melihat sisi baik hutang yaitu Hutang itu baik dan Hutang adalah sarana yang dahsyat maka :
Mendekatlah pada hutang.
Coba anda lihat orang kaya raya, pekerja keraskah mereka ? disiplinkah mereka dalam mengelola keuangan ? jawabannya adalah “ pasti “. Tetapi apabila anda mengajukan pertanyaan “ dari manakah asal kekayaan mereka ? berhutangkah mereka ? jawabanya bisa beraneka ragam.
Namun sudah lazim nya bahwa banyak orang bisa kaya karena berhutang, lalu kenapa mereka seakan menikmatinya seolah tidak mempunyai beban, sedangkan kita disini repotnya bukan main padahal jumlah hutang mereka lebih besar daripada kita.
Kuncinya adalah : mengelola hutang supaya mendatangkan sebuah nilai tambah
Coba perhatikan kasus dibawah ini :
Coba bandingkan dengan mang ejen dalam pola yang sama hanya saja dia tidak membeli motor, mang ejen menyuntikan warungnya dengan modal segar sebesar 30 juta. Dapat dipastikan dengan uang tersebut warung mang ejen sudah menjadi toko dan yang pastinya karena banyak barang dagangan yang bisa dijual maka asumsinya akan semakin besar dan cepat pula laba dihasilkan. Dengan begitu mang ejen akan merasakan keringanan dalam membayar cicilan karena laba dari toko nya 2 kali lipat atau lebih dari pada pak Amir. Bahkan dapat pula melakukan manuver berupa pelunasan hutang lebih cepat dan mampu membeli motor.
Yang terakhir adalah : Hutang harus dibayar.
Inilah yang selama ini menjadi masalah pelik, pada saat meminjam enak nya bukan main tetapi giliran membayar kewajiban cicilannya terasa sangat berat sekali.
Disini adalah berbicara tentang sebuah komitmen antara debitur dan kreditur, jangan sampai anda menyia – nyiakan kepercayaan bank terhadap anda, peliharalah kepercayaan itu dengan membayar kewajiban tepat waktu.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sebuah gambaran baru tentang hutang.
dikumpulkan dari berbagai sumber
0 komentar:
Post a Comment