26/10/2009

Kabayan Jadi Atasan

. 26/10/2009

Semua sudah pasti pada tahu tokoh yang namanya Kabayan, yah Kabayan adalah sosok pemuda kampung yang berasal dari tanah Parahiyangan suku sunda. Tokoh Kabayan sangat identik dengan seorang yang lugu, sederhana, lucu, pemalas, bodoh tapi kadang juga cerdik, super ngeyel dan segambreng lagi nilai minus untuk menggambarkan sosok Kabayan ini. Dan tak jarang digambarkan mertua nya sering memanggil dia dengan sebutan Kabayan si Borokokok. Lalu bagaimana jika cerita Kabayan ini kita gambarkan dengan sosok yang lain daripada biasanya…..kira – kira bagaimana jadinya cerita ini…

Seperti biasa Kabayan pagi – pagi terlihat sedang sibuk menghidupkan sepeda motornya yang masa aktifnya sudah kadaluarsa alias jadul banget. Walaupun istri tercinta sudah menyarankan untuk ganti motor tapi Kabayan tetep keukeuh menolak dengan alasan bukan tidak mau ganti tapi motor ini memiliki sejarah yang panjang hidup bersama Kabayan.

Dan memang begitu adanya, motor tempo dulu itu setia menemani perjalanan hidup dan karir Kabayan, dari sejak menjadi bawahan biasa sampai dengan sekarang yang telah menjadi seorang Kepala Bagian ditempat kerjannya. Jadi sangat wajar jika Kabayan merasa berat hati mengganti motor yang bersejarah itu.

Dengan kecepatan yang full, motor jadul Kabayan terlihat meliuk – liuk ditengah kesemerawutan kendaraan dijalanan. Kadang sesekali terlihat nekad menaiki trotoar jalanan, menggunakan bahu jalan adalah sah jika keadaan terpaksa, itulah dalil yang selama ini dipegangnya supaya terhindar kemacetan.

Dibelakang telah nyemplak dengan manis nya si Mince, yang bekerja dibagian tukang ngurusin data atau laporan, dia adalah karyawan baru stok lama cabutan dari bagian lain dan belum lama bergabung di bagian yang Kabayan bawahi sekarang. Mereka selalu berangkat bareng karena rumahnya yang berdekatan.

“ Selamat pagi Pak”! sapa salah satu anak buahnya Kabayan yang namanya si Jansen. “ Pagi..” jawab si Kabayan. Setelah berganti pakaian kerja, si Kabayan seperti biasa memberikan arahan dan wejangan terhadap anak buahnya, dan inilah nilai lebih dari bagian yang dipimpin oleh Kabayan. Suasana yang nyaman, aman, dan kompak sehingga tak jarang membuat iri bagian lain. Ditambah Kabayan adalah salah satu pimpinan yang dapat mengayomi, melindungi sehingga anak buahnya merasa betah dan nyaman dipimpin oleh Kabayan.

Kabayan merupakan karyawan senior diantara teman sejawatnya, dia penuh idealisme, wawasan yang luas, sehingga disegani oleh siapa pun. Kabayan merasa bersyukur membawahi anak buah yang sudah sedemikian solid sehingga tidak perlu mengarahkan dengan bersusah payah, semua berkat si Jansen juga yang turut andil mengajarkan secara detail ruang lingkup serta langkah kerja pada bagian itu. Kabayan juga setuju jika dikatakan dia bisa mimpin dengan baik berkat arahan bawahan yang bernama Jansen.
Namun setelah beberapa waktu berselang Kabayan jadi berubah, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya, ada perasaan bahwa si Jansen ini telah melampaui batasan sebagai bawahannya. Memang dia tidak berulah nakal atau merusak namun kewenangan si Jansen, menurut Kabayan sudah melampaui batas, dia sangat dipercaya oleh bos besar. Ditambah akhir – akhir ini si Jansen seperti melepaskan tanggung jawab. Dengan sudah tidak pedulinya lagi pada keadaan sekitar, dia malah sibuk dengan kerjaannya sendiri.

Pada awalnya Kabayan tidak berprasangka buruk pada si Jansen, karena dia merupakan senior dan atas arahan dia juga Kabayan bekerja dengan penuh semangat dan ceria selalu. Namun kuatnya dorongan hati si Kabayan dan selalu terngiangnya kata – kata si Mince yang menyatakan bahwa lama – lama Kabayan akan tergeser oleh si Jansen, membuat Kabayan selalu bertanya …apa memang demikian ?

Dan seperti gossip yang digosok makin sip, akhirnya Kabayan mulai menunjukan sikap, ini dimaksudkan supaya gerak tingkah laku si Jansen jadi terbatas. Sementara si Jansen sudah bisa membaca situasi, dan ternyata dia melakukan itu adalah sengaja supaya si Kabayan melihat dan memahami apa sebenarnya tanggung jawab dia itu. Kalau sudah tahu harapan si Jansen pada si Kabayan adalah menjadi seorang pemimpin yang ahli dan professional.

Namun disini Kabayan salah tanggap, dia malah menganggap si Jansen sudahh mulai malas dan cenderung merongrong serta mengancam jabatan nya. Si Kabayan mulai mencari tempat sharing dan paling banyak dia menggali informasi dari si Mince. Sementara si Mince girang bukan kepalang, dia berfikir inilah saatnya mencari kesempatan dalam kesempitan.

Kabayan pun akhirnya luluh, dia ikuti hawa nafsunya untuk perlahan – lahan menyingkirkan bawahannya. Namun si Kabayan kebingungan bagaimana cara nya? Sedangkan dia tahu bahwa si Jansen ini bukan bawahan yang biasa seperti yang lainnya. Dia bergaul dengan kalangan atas, tentu bukan hal yang mudah untuk menyingkirkannya.

Bukanlah setan namanya kalau tidak bisa memberikan solusi, dan saat yang di inginkan Kabayan pun tiba. Satu hari Boss besar memanggil dia, ternyata dia disuruh mencarikan orang untuk menambal bagian lain yang kosong, dan tanpa ragu si Kabayan merekomendasikan anak buahnya yaitu si Jansen. Namun boss nya bilang supaya orang tersebut tidak banyak permintaan yang macem – macem, si Kabayan pun menyanggupi nya, dia berfikir si Jansen dipindah terus menunjukan kondite bagus…kan aku jadi dapat dua keuntungan …yang pertama si Jansen tidak bersama lagi dan aku bisa berkuasa penuh, apabila boss besar puas atas orang pilihanku niscaya aku bakal lebih dipercaya…. Itulah yang sedang bergolak di hati Sikabayan.

Akhirnya si Kabayan melakukan tipu daya muslihatnya, untuk memuluskan recana besarnya, walau dihati kecilnya berkata jangan lakukan, tapi setan lebih licin daripada belut sawah…..pokoknya bagian yang aku pimpin ini sudah tertutup buat si Jansen andaikata dia balik lagi….fikiran kotor tersebut di amini oleh si Mince agar dia dapat jatah kue lebih banyak lagi.
Si Kabayan sudah bulat bertekad, dia sudah tidak perduli lagi dengan kata nuraninya yang bertolak belakang, dia menjadi lupa daratan, idealisme yang dulu dikumandangkan dengan merdu sekarang menjadi teriakan yang menyeramkan, kepedihan si Jansen adalah tawa riang Kabayan, kesusahan si Jansen adalah kenyamanan Kabayan, ketertekanan si Jansen adalah jalan mulus yang terang benderang bagi Kabayan…..

Kabayan mengukir jabatannya dengan darah si Jansen anak buahnya, Kabayan bersuka cita dalam seribu nestapa dan ratapan pedih si Jansen berserta keluarganya......

Lupakan seorang pimpinan yang adil….musnahkan seorang pimpinan yang arif serta bijaksana….lupakan seorang pimpinan yang melindungi ……lupakan soal tanggung jawab di akherat nanti……satu lagi lupakan karma…..itu semua hanya ada di negeri dongeng ……






1 komentar:

Ekiw said...

hi thanks for article

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

 

Followers

{Mang-Ejen} is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com